Diplomacy (2014) adalah salah satu film berkelas yang pernah saya tonton. Film berbahasa Perancis ini judul aslinya adalah “Diplomatie”. Dalam peristiwa bersejarah ada satu peran yang sangat penting yaitu diplomat Mereka bukan orang militer tapi mampu menghentikan perang tanpa menggunakan senjata sama sekali.
Tahukah kamu, nyaris saja Paris dibumihanguskan atas perintah Hitler?
Tentara Nazi Jerman berhasil menduduki kota Paris pada tahun 1944. Bangunan-bangunan bersejarah menjadi target untuk dihancurkan seperti Louvre, Menara Eiffel, Place de la Concorde dan Notre-Dame.
Seorang diplomat Swedia, Raoul Nording, menyusup ke kantor Jenderal Dietrich von Choltitz di Hotel Maurice melalui jalur rahasia. Ia memperhatikan dengan detail rencana penghancuran Paris tersebut. Choltiz sangat terkejut dengan kedatangan Nording.
Dengan kepandaian diplomasinya Nording malah bercerita tentang sejarah kamar di Hotel Maurice yang dialihfungsikan sebagai kantor Choltitz.
Kamar tersebut adalah adalah bekas kamar kekasih Napoleon III, Miss Howard, seorang aktris di zamannya. Jalan rahasia itu dibuat agar Napoleon III bisa menemui kekasih gelapnya secara langsung dari istana Tuileries.
Swedia adalah negara netral dalam perang dunia. Nording tidak memiliki kepentingan politik, ia hanya ingin menyelamatkan warga yang tidak bersalah dan berupaya agar bangunan bersejarah tidak dihancurkan. Semua demi kebaikan generasi mendatang.
Nording membujuk Choltitz untuk tidak mengikuti perintah Hitler. Choltitz mengalami dilema… ia sebenarnya merasa sedih atas perintah itu. Bayangkan, Hitler hanya ingin mengambil beberapa lukisan di Louvre sebagai koleksinya. Sedang sisanya dihancurkan, termasuk lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci.
Namun Choltitz juga mendapat ancaman hukuman dari Hitler bila tidak mematuhi perintahnya. Sebuah hukum baru menetapkan: jenderal yang tidak mengikuti perintah beserta keluarganya akan dieksekusi. Hal telah diantisipasi oleh Nording, ia bersedia menjamin keselamatan keluarga Choltitz.
Choltitz awalnya adalah seorang penggagum Hitler dan percaya pada visinya pada kejayaan Jerman. Namun, lama-kelamaan ia merasa Hitler berubah menjadi megalomania dan tidak waras.
Pada tahun 1955, kedua orang itu bertemu lagi. Nording mendapatkan medali atas keberhasilannya melakukan diplomasi dan menyelamatkan Paris. Namun, ia menyerahkan medali tersebut pada Choltiz. Baginya Choltitz adalah pahlawan yang sebenarnya. Ia mampu mengikuti nuraninya: mencegah kehancuran Paris dengan tidak menjalankan perintah Hitler.
Trailer
Meski garis besar film ini adalah dialog antara kedua tokoh utama, tapi sama sekali tidak membosankan.
Aku baru menonton film menarik tentang berlikunya proses gim Tetris bisa mendunia. Ternyata Tetris itu berasal dari kata “tetra” (empat, dalam bahasa Yunani) dan “tenis”. . . .
Aku suka film-film yang berkisah tentang perjuangan semisal film tentang perang, perjuangan kaum kulit hitam dan kisah kesuksesan wirausaha. Kisah hidup yang berat namun dihadapi . . .