Kali ini saya akan berbagi kisah tentang seorang wanita yang saya kagumi. Gusti Noeroel adalah perempuan tercantik pada zamannya. Beliau ada putri yang berasal dari Pura Mangkunegaran Solo. Ayahnya adalah K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII. Ibunya adalah Gusti Kanjeng Ratu Timoer, yang merupakan putri dari Sultan Hamengku Buwono VII.
Gusti Noeroel adalah sepupu dari Sultan Hamengku Buwono IX.
Sumber dari artikel saya kali ini adalah buku Gusti Noeroel: Streven Naar Geluk (Mengejar Kebahagiaan). Buku tersebut merupakan memoar yang ditulis oleh Ully Hermono berdasarkan penuturan langsung dari Gusti Noeroel semasa hidupnya dan dari keluarga dekatnya.

Putri Dambaan
Hal yang paling dikenal dari Gusti Noeroel adalah bagaimana ia ditaksir oleh tokoh-tokoh Indonesia, seperti Soekarno, Sutan Sjahrir dan Sultan Hamengku Buwono IX. Namun, kembang Mangkunegaran itu tidak mengamini keinginan mereka… karena ia mempunyai prinsip tidak mau dimadu.
Akibat penolakan tersebut, Sultan Hamengku Buwono IX—dalam suratnya pada Gusti Noeroel—menyatakan tidak akan mengambil permaisuri. Oleh karena itu, semua istri dari Sultan Hamengku Buwono IX hanya berstatus sebagai selir. Sultan Hamengku Buwono X yang saat ini berkuasa di Keraton Yogyakarta adalah anak Sultan Hamengku Buwono IX dari selir.
Mengenai penolakannya terhadap Sjahrir, ia mengatakan… bagaimana mungkin ia, seorang putri bangsawan yang dianggap feodal, dapat berpasangan dengan tokoh sosialis.
Tentang kabar ketertarikan Bung Karno padanya, Gusti Noeroel sendiri mengakui tidak mengetahui secara pasti karena belum pernah mendengar langsung dari Bung Karno. Namun, hal itu pernah disampaikan oleh Hartini padanya. Dengan rendah hati ia mengatakan, menurutnya Bung Karno hanya sebatas mengagumi.
Gusti Noeroel pernah dilukis oleh Basuki Abdullah saat ia diundang Bung Karno ke Istana Cipanas. Lukisan itu kemudian dipajang di ruang kerja Bung Karno.
Namun berdasarkan informasi yang saya dapat dari akun instagram @thebigbung, Bung Karno pernah mengakui perasaannya terhadap Gusti Noeroel pada Cindy Adams. Hal ini tercatat pada buku Sukarno: My Friend.
Kalau ingin merasakan kisah cinta yang dialami Gusti Noeroel pada zaman itu, ada baiknya berkunjung ke Museum Ullen Sentalu di Kaliurang, Yogyakarta. Dalam museum ini ada ruangan khusus yang menyimpan koleksi foto dan surat-surat korespondensi miliknya.

Aku sudah pernah ke sana… dan memang suasananya Javanese heritage banget. Pemandu museum secara singkat menceritakan kisah cinta putri-putri Pura Mangkunegara. Itulah pertama kali aku mendengar kisah tentang Gusti Noeroel yang menolak cinta tokoh-tokoh besar Indonesia.
Mengapa Gusti Noeroel menolak dimadu?
Jadi, ceritanya… Gusti Noeroel menyaksikan ibunya memendam kepedihan karena dipoligami. Meski ibunya adalah permaisuri namun seperti bangsawan Jawa lainnya, ayahnya memiliki banyak selir. Ibunya berpesan:
Nduk, mugo mugo suk kowe ojo dimaru.
Gusti Kanjeng Ratu Timoer
Yang berarti, “nak, mudah-mudahan nanti kamu jangan dimadu.” Kesedihan ibunya ini membuat Gusti Noeroel bertekad untuk tidak mengalami nasib serupa.
Hal ini benar-benar ia tepati, terbukti ia sampai baru menikah di usia 30 tahun pada 1951.
Kesimpulan
Saya sangat menyarankan bagi kaum wanita untuk membaca buku Gusti Noeroel: Streven Naar Geluk (Mengejar Kebahagiaan). Selain terdapat koleksi foto Gusti Noeroel, kita bisa mengetahui seluk beluk kehidupan putri keraton dan terdapat petuah-petuah bagaimana bersikap sebagai perempuan.
Awalnya, beliau adalah gadis keturunan keluarga Imran. Beliau menjadi istri Fir’aun tidak terjadi begitu saja. Fir’aun adalah raja yang lalim di Mesir. Setelah ditinggal istrinya, . . .
Ternyata kisah Ratu Balqis sebelum bertemu Nabi Sulaiman agak serem. Di bawah ini saya tuliskan kisahnya dari buku Untold Story: Ratu Balqis. Dalam riwayat lain, . . .