Aku sering dengar tentang kisah Mahabharata, tapi hanya membaca atau mendengar sekilas. Meski ada tayangannya di TV tapi aku tidak mengikutinya. Berkat novel Istana Khayalan (The Palace of Illusions), akhirnya rasa penasaranku terpuaskan.
Alasan mengapa aku membeli buku ini adalah… Drupadi.
Pengarang novel ini, Chitra Banerjee Divakaruni, mengisahkan Mahabharata dari sudut pandang Drupadi.
Perempuan dalam kisah Mahabharata ia gambarkan bukan hanya sebagai obyek penderita dan selalu menjadi pihak yang teraniaya. Drupadi sebagai perempuan pengobar perang akbar antara Pandawa dan Kurawa memiliki sikap vokal, pintar dan bisa mengajukan keberatannya.
Bagiku kisah Mahabharata adalah tentang kebijaksanaan dalam berucap dan bertindak. Betapa tidak, salah ucap dan salah tindak bisa memiliki konsekuensi panjang dan menentukan dalam sejarah. Yach, inti dari semuanya adalah sistem dharma & karma.
Banyak sekali pelajaran penting yang kudapat dalam novel ini. Pada bagian awal, dalam upaya membangun karakter, aku merasa Drupadi digambarkan terlalu feminis oleh penulis. Sebagai wanita Jawa, menurutku dia terlalu berani.
Penulis menawarkan versi alternatif Mahabharata dengan hadirnya percik asmara antara Karna dan Drupadi.
Keangkuhan Drupadi?
Beberapa salah ucap membuat Drupadi terlibat bahaya, bahkan ia sampai dikerjai Karna karena tersinggung dengan tindak-tanduknya. Padahal, Karna sebenarnya menyukai Drupadi.
Drupadi pun sebenarnya diam-diam menyukai Karna. Ini adalah sebuah ironi... Drupadi sudah memiliki 5 suami, para Pandawa! Mengapa ia masih penasaran pada Karna?
Sikap dan ucapan yang ia keluarkan tidak disengaja untuk menghina Karna, namun kondisi yang memaksanya untuk bersikap demikian. Misalnya, pada saat sayembara untuk menentukan suami Drupadi.
Drupadi menolak Karna mengikuti lomba, dikarenakan tidak jelas silsilahnya. Ia adalah bayi yang dihanyutkan ke sungai dan diangkat anak oleh seorang kusir. Drupadi tidak bisa menikahi seseorang berkasta rendah, karena ia adalah seorang putri raja.
Kata-kata penolakan itu terpaksa ia ucapkan, sebab bila tidak, Drestadyumna—kakaknya—bisa terbunuh dalam pertarungan yang tidak seimbang dengan Karna.
Pada waktu yang lain, Drupadi bersikap tidak ramah & tidak menghormati sopan santun Karna saat mereka bersua di istana Hastinapura. Hal ini membuat Karna tersinggung dan mencetuskan ide agar busana Drupadi dilucuti saat Yudhistira kalah dalam permainan dadu melawan Kurawa.
Padahal Drupadi sengaja bersikap angkuh karena ia khawatir mertuanya, Kunti, mendeteksi perasaannya yang menyukai Karna.
Quotes
Dhai Ma adalah pengasuh Drupadi. Berhubung Drupadi terlahir dari api dan tidak memiliki ibu, Dhai Ma-lah yang merawat dan memberinya petuah-petuah.
Harapan adalah seperti batu-batu tersembunyi di jalanmu-hanya membuatmu tersandung.
Dhai Ma
Laki-laki yang bermaksud baik, lebih berbahaya karena dia meyakini kebenaran tindakan-tindakannya. Lebih baik beri aku bajingan yang jujur!
Dhai Ma
Dari balik tirai Drupadi mengikuti pelajaran-pelajaran yang diterima Drestayumna. Hal ini di luar kebiasaan kaum perempuan saat itu. Drupadi mendapat perkecualian karena menurut ramalan dia akan menjadi penentu peristiwa besar dalam sejarah.
Pelajaran yang diberikan gurunya, antara lain mengenai sistem kasta. Sang guru menguji Drestayumna tentang asal-usul keempat kasta. Begini jawabnya…
Ketika Yang Maha Tinggi mewujudkan diri-Nya sendiri, kaum brahmana lahir dari kepalanya, kaum ksatriya dari tangannya, kaum waisya dari pahanya, dan kaum sudra dari kakinya.
Drestayumna
Srikandi merupakan reinkarnasi Amba yang pernah dipermalukan Bisma. Ia adalah kakak Drupadi. Pesannya…
Ingat itu, adikku: tunggu seorang lelaki membalaskan dendam untukmu, dan kau akan menunggu selamanya.
Srikandi
Kesimpulan
Pandawa selalu dikalahkan Kurawa dalam permainan dadu. Bisa kita analogikan dengan sebuah kubu yang berada pada pihak kebenaran namun selalu dicurangi oleh pihak yang bathil. Apakah solusi akhirnya selalu berupa perang?
Kali ini kita belajar istilah Jawa dari buku “Pitutur Luhur Budaya Jawa“ Kere munggah bale kalau diterjemahkan berarti pembantu yang dijadikan istri oleh tuan atau . . .
Dikisahkan bahwa ada dua orang buta duduk di jalan yang biasa dilalui Ummu Ja’far yang terkenal pemurah. Salah seorang di antara mereka masih mempunyai sanak . . .