Aku suka mempelajari budaya Tionghoa. Hal ini bermula karena tidak sengaja membaca komik-komik terbitan Asiapac. Ada satu komik seru berjudul Sejarah Cina Modern 1840 – 1949. Komik ini menceritakan tentang revolusi Tiongkok dari sistem kekaisaran ke republik modern dan tokoh-tokohnya.
Saat membacanya, aku terkaget-kaget mengetahui ada tiga bersaudara yang menjadi istri tokoh-tokoh penting di masa revolusi itu. Ya, ketiga perempuan itu dikenal dengan Soong bersaudari atau The Soong Sisters:
- Soong Ai-ling, istri dari H. H. Kung atau Kung Xiang-xi
- Soong Ching-ling, istri dari Sun Yat Sen, dan
- Soong May-Ling, istri dari Chiang Kai-Shek
Sun Yat Sen adalah tokoh revolusi, founding father dari Republik Tiongkok dan ketua partai nasionalis. Chiang Kai-Shek adalah jenderal dari partai nasionalis, yang juga adalah tangan kanan dari Sun Yat Sen. Sementara H.H. Kung adalah politikus dan pengusaha yang turut mendukung revolusi.
Ketika tahu ada film tentang mereka, yakni The Soong Sisters (1997), jelas aja aku tertarik menontonnya. Dalam komik yang kubaca penjelasan tentang mereka hanya sekilas. Oleh karena itu, aku ingin mengenal mereka lebih jauh dari film tersebut.
Soong bersaudari adalah putri-putri Charlie Soong, seorang misionaris dan pengusaha penerbitan buku. Sejak kecil mereka telah dididik ala barat. Ayahnya mengirim mereka untuk bersekolah ke Amerika sejak usia muda. Hal ini menyebabkan mereka menjadi generasi wanita modern yang fasih berbahasa Inggris, mandiri, berpikiran maju dan bisa mengambil keputusan sendiri atas hidupnya.
Charlie sebenarnya memiliki 6 anak, namun yang paling terkenal adalah tiga orang putrinya itu.
Banyak perbedaan dari sejarah yang saya baca dengan penggambaran dalam film. Di film, ketiganya berangkat sekaligus. Namun kenyataannya tidak seperti itu: Ai-ling berangkat terlebih dahulu, baru disusul kedua adik perempuannya. Begitu pula usia masing-masing saat berangkat, tidak sepantaran seperti di film. Lebih baik baca buku dan referensi bila ingin tahu sejarah yang lebih akurat.
Kepribadian Soong Bersaudari
Ternyata mereka bukanlah tipe-tipe perempuan yang dalam istilah Jawa: konco wingking atau hanya berkutat dalam trilogi sumur, dapur dan kasur. Sangat kentara peran mereka dalam dunia politik dan kebijakan yang diambil suami mereka.
Di bagian prolog film The Soong Sisters, ada ungkapan menarik tentang mereka:
One love money. One love power. And one love her country.
The Soong Sisters (1997)
Saat Ai-ling menikah dengan H. H. Kung, ia meninggalkan pekerjaannya sebagai sekretaris Sun Yat Sen. Ching-ling menggantikan pekerjaan kakaknya. Ia kemudian jatuh cinta dan menikah dengan Sun Yat Sen. Pernikahan ini sebenarnya ditentang oleh ayahnya, karena Sun Yat Sen telah memiliki istri. Namun, Ching-ling yang keras kepala kabur dari pingitan dan menikah di Jepang, tempat pengasingan Sun Yat Sen.
Sementara May-ling juga terlibat dengan pria beristri, yakni Chiang Kai-shek. Kai-shek yang usianya lebih tua 11 tahun diizinkan menikahi May-ling setelah menceraikan istrinya dan pindah ke agama Kristen. Ai-Ling menyetujui pernikahan adiknya itu karena melihat potensi karir Kai-shek akan cerah di masa depan, namun Ching-ling tidak setuju.
Ching-ling berseteru dengan iparnya karena perbedaan pandangan politik.
Setelah Sun Yat Sen wafat, kendali tertinggi partai nasionalis berada di tangan Kai-shek. Perang saudara antara partai nasionalis dan komunis sangat sengit. Ching-ling yang mewarisi ideologi Sun Yat Sen, menginginkan semua pihak bersatu, termasuk kaum komunis. Namun, Kai-shek merasa partai komunis punya agenda yang berbahaya. Bahkan, hampir saja Ching-ling terbunuh atas perintah Kai-shek karena aktivitas politiknya.
Ga kebayang, betapa tegangnya keluarga mereka. Masalah politik sampai dibicarakan dalam acara-acara keluarga, seperti makan malam. Meski berbeda pandangan, tiga bersaudari itu saling melindungi satu sama lain dengan pengaruh dan lobi-lobi politiknya.
Bisakah kamu melihat betapa pintarnya Soong bersaudara dalam memilih pasangan?
Ai-ling menikahi H. H. Kung yang merupakan pria terkaya di Tiongkok saat itu. Ching-ling memilih untuk mengikuti isi hatinya, mendampingi Sun Yat Sen, . Bahkan, ia rela mati untuk melindungi suaminya. Dan seperti perkiraan Ai-ling, Kai-shek di kemudian hari menjadi presiden Republik Tiongkok.
Quote-quote menarik dalam The Soong Sisters (1997)
A woman who brings too much luck to her man… Ioses her own.
Madam Soong
A woman’s greatest gamble is her choice of a husband. This is also her greatest right.
Soong May-ling
Catatan
Meski sempat bersatu saat berperang melawan invasi Jepang, perang saudara di Tiongkok antara partai nasionalis dan partai komunis terjadi lagi. Dan partai nasionalis menjadi pihak yang terkalahkan.
In my opinion, ideologi komunis tidak akan bisa hidup rukun dan berdampingan dengan ideologi lain. Sudah terbukti, partai nasionalis akhirnya harus menarik diri ke Pulau Formosa atau Taiwan.
Sungguh sebuah ironi, padahal perjuangan revolusi dari sistem kekaisaran menjadi republik Tiongkok modern diinisiasi oleh partai nasionalis.
Ideologi komunis biasanya berkuasa secara totaliter di suatu wilayah, seperti di Tiongkok daratan dan Korea Utara. Sistem mereka berjalan dengan tidak memberi ruang berpendapat bagi individu. Pengendali utamanya adalah negara.
Seperti di Tiongkok, di Indonesia pun terjadi perang saudara saat paham komunis dilegalkan. Kebalikan dengan Tiongkok, di Indonesia pihak yang akhirnya ditumpas adalah partai komunis. Perang saudara serupa juga terjadi di Korea yang membuatnya terbelah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. Dua negara dengan perbedaan yang kontras.
Menurut saya, pendapat Sun Yat Sen, Ching-ling maupun Bung Karno yang menginginkan “persatuan” berbagai paham & ideologi dengan paham komunis, adalah pandangan dan ide yang naif. Terbukti dengan gagalnya ide persatuan itu dalam catatan sejarah. CMIIW
Aku baru menonton film menarik tentang berlikunya proses gim Tetris bisa mendunia. Ternyata Tetris itu berasal dari kata “tetra” (empat, dalam bahasa Yunani) dan “tenis”. . . .
Aku suka film-film yang berkisah tentang perjuangan semisal film tentang perang, perjuangan kaum kulit hitam dan kisah kesuksesan wirausaha. Kisah hidup yang berat namun dihadapi . . .