Saya penasaran dengan hubungan antara ulama dan DI/TII di masa-masa pemberontakannya. Apakah mereka mendukung karena membawa jargon Islam?
Kita tahu pemimpinnya sendiri akhirnya dihukum mati oleh pemerintahan Soekarno. Aku baru saja membaca tentang kisah Kiai Rukhiyat dengan tentara DI/TII dan sepertinya menarik untuk kuceritakan di blog ini.
Ketika itu, Kiai Rukhiyat telah dikepung pemberontak karena sang kiai tidak bersedia mengikuti dan membantu gerakan DI/TII tersebut. Mereka bermaksud memaksa Kiai Rukhiyat untuk mengikuti gerakan mereka.
“Kiai harus ikut gerakan kami!”
“Aku tak bisa ikut pemberontak yang telah banyak menyengsarakan rakyat kecil,” jawab Kiai Rukhiyat.
Mendengar jawaban yang tidak mendukung, sejumlah pasukan berusaha menggotong kiai. Tetapi, pasukan yang jumlahnya cukup banyak itu tidak mampu menggotong kiai.
“Tubuh Kiai Rukhiyat tidak bisa diangkat. Sungguh, berat sekali rasanya,” ucap salah seorang pasukan itu.
Akhirnya, mereka berlarian meninggalkan Kiai Rukhiyat sendirian.
Kisah ini terdapat dalam buku “Karomah Para Kiai” karya Samsul Munir Amin. Kiai Rukhiyat adalah seorang kiai kharismatik dari Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya, Jawa Barat. Beliau adalah salah satu kiai pejuang yang memberontak pada Jepang dalam Pemberontakan Sukamanah bersama KH. Zainal Mustafa.
Awalnya, beliau adalah gadis keturunan keluarga Imran. Beliau menjadi istri Fir’aun tidak terjadi begitu saja. Fir’aun adalah raja yang lalim di Mesir. Setelah ditinggal istrinya, . . .
Ternyata kisah Ratu Balqis sebelum bertemu Nabi Sulaiman agak serem. Di bawah ini saya tuliskan kisahnya dari buku Untold Story: Ratu Balqis. Dalam riwayat lain, . . .


