“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.”
QS. Al-A’raf:58
Abu Al-Aswad Ad-Du’ali berkata kepada putera laki-lakinya, “Wahai anakku, aku telah berbuat baik kepada kalian pada saat kalian masih kecil sampai besar, bahkan sebelum kalian dilahirkan.” Mereka berkata, “Bagaimana ayah berbuat baik sebelum kami lahir?” Ia menjawab, “Aku telah mencarikan untukmu sosok seorang wanita yang dapat merawat, menjaga dan tidak membuat kesulitan bagimu.”
Orang-orang bijak berkata, “Jauhilah wanita-wanita yang bodoh, karena anaknya akan terlantar dan ia selalu diiringi oleh bencana.”
Nikah bertujuan untuk membentuk keluarga dan pendidikan. Sedangkan wanita-wanita yang bodoh tidak bisa memberi kebaikan pada keluarga dan tidak baik dalam mendidik, bahkan barangkali ia akan menurunkan kebodohannya kepada anak-anaknya.
Oleh karena itu, Rasulullah s.a.w. mewasiatkan agar memilih wanita shalehah yang sepadan (kufu’), memiliki akal (cerdas) dan berakhlak, berasal dari keluarga terpuji, keturunan yang baik dan berakhlak mulia, karena hal tersebut sangat mempengaruhi kesuksesan seorang anak, tingkat istiqamahnya dalam agama, mulianya etika dan akhlak. Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda, “Pilihlah wanita yang tepat untuk menanam benihmu, maka nikahilah wanita-wanita yang sepadan (kufu’) dan hendaklah kaliah menikahkan mereka.”
Sumber:
- “Fikih Sosial: Tuntunan dan Etika Hidup Bermasyarakat” karya Dr. Abdul Aziz bin al-Fauzan
- Foto
Sumber Foto
“To spend your time now thinking about what happened in the past is making absolute certain that the future is going to be the same . . .


