Ada dua tokoh besar dalam sejarah Islam yang mampu membebaskan Baitul Maqdis, yaitu Umar bin Khattab dan Shalahuddin al-Ayyubi.
Tahukah Anda bahwa sebelum lahir, kedua orangtua Shalahuddin Al Ayyubi telah mempunyai blueprint tentang akan jadi apa anaknya kelak.
Berikut ini kisahnya, yang saya nukilkan dari buku “Be Qur’an Lovers“.
Najmuddin Ayyub belum juga menikah. Ketika saudaranya yang bernama Asaduddin Syirkuh bertanya tentang hal itu. Najmuddin menjawab, “Aku belum menemukan wanita yang cocok.“
“Maukah kupinangkan putri Sultan Muhammad bin Malik untukmu?
“Mereka tidak cocok untukku.”
“Lalu, perempuan seperti apa yang kaucari?”
“Mereka memang kaya dan terpelajar. Namun, aku menginginkan wanita salihah yang akan menggandeng tanganku menuju surga, melahirkan anak yang dididik hingga menjadi kesatria yang mengembalikan Baitul Maqdis ke pangkuan kaum Muslim.”
“Dari mana kaudapatkan wanita seperti itu?”
“Siapa yang ikhlas kepada Allah, maka Allah akan melimpahkan rezeki kepadanya,” tegas Najmuddin.
Suatu hari, Najmuddin berbincang-bincang dengan seorang syekh di kota Tikrit, datanglah seorang gadis yang meminta izin kepada Najmuddin untuk berbicara dengan sang syekh. Najmuddin mendengar pembicaraan keduanya.
“Mengapa engkau menolak pinangan laki-laki itu?” tanya syekh.
“Laki-laki itu kaya dan berkedudukan. Tapi bukan laki-laki itu yang aku inginkan.” jawab si gadis.
“Lalu, pria seperti apa yang kau inginkan?”
“Laki-laki yang menggandeng tanganku menuju surga, aku melahirkan putranya dan mendidiknya hingga ia menjadi kesatria yang mengembalikan Baitul Maqdis ke pangkuan Islam.”
Hati Najmuddin bergetar. Ucapan gadis itu serupa dengan ucapan sekaligus harapan besarnya.
“Wahai Syekh, bolehkah aku meminang gadis itu?
“Tapi, dia gadis yang fakir, Tuan.”
“Wanita inilah yang saya cari.”
Maka, Najmuddin Ayyub menikah dengan gadis itu. Dari pernikahan mereka, lahirlah seorang kesatria yang benar-benar memenuhi idaman orang tuanya, yaitu mengembalikan Baitul Maqdis ke pangkuan Islam. Pemuda kesatria itu adalah Salahuddin Al-Ayyubi.
Dari sejarah, dapat kita lihat bahwa sosok-sosok pembebas adalah orang-orang terbaik di zamannya. Yang tidak hanya kuat secara fisik atau strategi militer namun juga memiliki ilmu dan kesalehan.
Jika saat ini kita tidaklah sesempurna itu, maka tugas kita adalah menyiapkan generasi-generasi terbaik yang akan jadi pemimpin di masa depan.
Meskipun poligami menjadi sebuah “peribadatan” bagi laki-laki dalam tradisi Melayu, buat seorang istri sikapnya tentu jelas, yaitu menolak poligami. Karena pada umumnya perempuan tidak rela . . .
Banyak kisah mengenai Ibnu Sina yang menarik untuk disimak. Di antaranya mengenai seorang pemuda yang tertimpa suatu penyakit yang tidak ada satu pun obat yang . . .


