Saya selalu amazed dengan orang-orang yang mampu membaca karakter. Kisah ini saya tuliskan ulang dari buku “Dagelan Politik” karya Hedy Susanto yang terbit tahun 1998.
Kemampuan membaca karakter memungkinkan seseorang untuk one step ahead dan tidak mudah diperdayai. Biasanya sih kemampuan ini dimiliki pada HRD atau psikolog untuk menilai kelayakan dalam merekrut pegawai. Ingin tahu bagaimana caranya…?
Seorang Panglima—sesuai dengan prosedur yang berlaku—akan mengganti beberapa pos pimpinan di tubuh militer. Dari sepuluh perwira tinggi yang masuk nominasi, jenderal yang ramah ini memerlukan lima orang mayor jenderal untuk menggantikan perwira yang pensiun. Maka ia mengadakan tes untuk menguji apakah perwira itu punya karakter pemimpin atau cuma bermental ajudan.
Caranya sederhana. Sang Panglima memerintahkan seorang letnan untuk menaruh sepuluh asbak di ruang ber-AC. Lalu, lewat seorang protokol, ia persilakan para calon pimpinan untuk menunggu sejenak kedatangannya di ruangan ber-AC itu.
Dari pesawat monitor ruangan, sang Panglima dapat menyaksikan dengan jelas siapa saja perwira tinggi yang memindahkan sendiri asbak ke luar ruangan, juga perwira yang memerintahkan para pengawal untuk mengeluarkan asbak dari ruanan bertuliskan “No Smoking” itu.
Jadi, sebelum Panglima bijak ini masuk ke ruangan itu, ia sudah tahu siapa yang layak diangkat untuk pos pimpinan.
Mau tahu rahasianya?
Yang memerintahkan pengawal untuk mengeluarkan asbak-asbak salah tempat, itulah perwira berkarakter pemimpin.
Sementara, perwira yang memindahkan sendiri asbak-asbak tadi, itulah perwira yang cuma bermental ajudan.
Seru ya…? Ternyata masalah mental memang sulit untuk diubah
Pernah tau sedikit tentang The Marshmellow Test, dan tertarik lebih jauh. Rupanya ada buku tentang ini dan Anies Baswedan pernah mengulas dalam kanal Youtube-nya. Konsep . . .
Kali ini kita belajar istilah Jawa dari buku “Pitutur Luhur Budaya Jawa“ Kere munggah bale kalau diterjemahkan berarti pembantu yang dijadikan istri oleh tuan atau . . .


