Alhamdulillah, lebaran kemarin menyenangkan. Kami sekeluarga mudik ke Jawa Timur, bertemu ponakan-ponakan yang lucu dan silaturahmi ke rumah Pakde dan Budhe.
Adik-adikku tinggal di Bekasi sementara Ibu menemani Bapak di Pati. Di rumah Bandar Jaya, Lampung Tengah, aku tinggal sendiri. Setelah pensiun dari PT. Gunung Madu Plantation dan kontraknya di PT. Pemukasakti Manisindah selesai, Bapakku mendapatkan kontrak sebagai Vice General Manager di PT. Laju Perdana Indah yang mengoperasikan PG Pakis Baru di Pakis, Tayu.
Pagi hari tanggal 7 April, aku berangkat dengan mengendarai mobil ke Bandar Lampung. Setelah menyimpan mobil di garasi rumah Tanjung Karang, aku menuju pol Damri di Stasiun Kereta Api. Terdapat keterlambatan karena bis yang seharusnya berangkat masih terjebak antrian di Pelabuhan Merak. Setelah aku cek, harga tiket pesawat hari itu ternyata lebih murah dari bis Damri yang eksekutif.
Ah sudahlah… gini deh kalau beli tiket tanpa planning.
Akhirnya kami berangkat dengan bis cadangan. Di Pelabuhan Bakauheni, kami antri berjam-jam untuk masuk kapal. Supir kemudian mengarahkan bis ke dermaga lain dan bisa lebih cepat naik kapal. Rupanya kami menyeberang via Pelabuhan Ciwandan.
Setelah itu aku melanjutkan perjalanan ke Pati dengan bis malam. Esok harinya aku tiba di halte Puri. Sambil menunggu dijemput… aku yang saat itu sedang tidak berpuasa, makan siang dulu di warung Nasi Gandul. Ibu pun datang dan minta ditemani belanja di Pasar Swalayan Ada.
Rupa-rupanya ia sedang berburu rok jins untuk acara di kampungnya.
Ibuku berasal dari desa Kejapanan, Gempol, Pasuruan. Warga dan perantauan yang berasal dari desa ini punya grup WA yang bernama “Sumolewo”. Inul Daratista juga tergabung dalam grup ini. Tahun ini pertama kalinya mereka mengadakan reuni di kampung halaman. Dress code untuk acara tersebut adalah bawahan jins.
Karena pabrik sedang persiapan giling, aku dan ibu sebenarnya sudah bersiap-siap untuk ke Jawa Timur tanpa diantar Bapak. Alhamdulillah, detik-detik terakhir Bapak diizinkan cuti. Namun, mengingat jauhnya perjalanan dan waktu yang tidak cukup, Bapak memutuskan untuk mampir ke Solo dan menginap di hotel.
Malam takbiran itu kami menginap di Riyadi Palace Hotel. Kemudian Bapak mengajak untuk jalan-jalan ke Solo Paragon Mall. Di sana kami membeli makan malam dan camilan. Ibu pun akhirnya menemukan jins yang cocok. Saat itu di depan mall sedang ada bazar Ramadhan dan hiburan hadroh di panggungnya.
Setelah itu, aku mengingatkan ibu untuk zakat fitrah. Berdasarkan petunjuk satpam hotel, kami kemudian menyeberang jalan dan Dmenemukan masjid di ujung gang. Ternyata masjid itu berada di samping makam Pahlawan Nasional Dr. Soepomo, anggota BPUPKI.
Esok harinya, aku menemani ibu sholat Ied di masjid itu. Bapak tidak ikut, malam sebelumnya ia mendadak kembali ke Pati karena urusan pekerjaan. Baru kali ini kami sholat Ied di perjalanan. Yah, ga masalah… yang penting bisa menemani orang tua berhubung adik-adikku juga masih terikat pekerjaan dan belum bisa mudik.
Menjelang Zuhur kami bersiap menuju ke Jawa Timur. Di tengah jalan aku mengajak mampir di Masjid Syeikh Zayed. Masjidnya bagus dan besar. Interior masjid terindah yang pernah kulihat. Masjid ini adalah replika dari masjid serupa di Uni Emirat Arab. Wah, apalagi masjid aslinya… pasti lebih indah!

Mungkin karena nyaman, ibuku memperbanyak sholat sunnah dan memperlama dzikir. Bapak sampai menelponku untuk merayu ibu agar segera melanjutkan perjalanan, “Dzikirnya dilanjutin di mobil aja, ya?”

Kami ketemuan dengan adikku yang sudah tiba di Lamongan lalu menuju ke rumah mertuanya. Malam itu juga kami meluncur ke rumah Pakde, kakak tertua ibuku di Sukorejo, Pasuruan. Mengingat banyaknya tujuan silaturahmi dan waktu yang terbatas, kami memang tidak bisa stay lama di sebuah lokasi.
Jam 4 subuh kami tiba di rumah Pakde, ternyata mereka sedang bersiap menuju Semboro, Jember. Saat ini yang paling sepuh adalah mbah Ilyas Ali yang tinggal di Semboro Pasar. Akhirnya 1 mobil dari keluarga sepupuku berangkat terlebih dahulu. Setelah selesai menjamu kami, Pakde berangkat ke Semboro.
Tidak beberapa lama, kami pun menyusul ke Semboro. Sebenarnya ingin mampir Rawon Nguling namun ternyata tutup dan baru buka tanggal 12 April. Sepanjang perjalanan terasa menyenangkan karena bersama dua ponakan yang masih balita.
Sesampai di sana, kami menginap di rumah Budhe, kakak dari ibuku yang nomor dua. Ibuku sendiri anak bungsu. Keesokan harinya kami berkunjung ke rumah mbah Ilyas Ali. Setelah itu kami pulang ke Malang dan tiba malam hari.
Besok paginya, aku sudah dalam perjalanan pulang. Pada tanggal 14 April, ibuku mengikuti acara di kampungnya dan bertemu Inul Daratista. Sebenernya aku juga ingin ikut acara ini tapi tidak cukup waktu… karena harus kembali ke Lampung tepat waktu dan tiket pesawat sudah mulai habis.
Di bawah ini dokumentasinya:
Kegiatan ini juga di-post Inul di instagram-nya. Adikku tertangkap kamera di slide ke-3 yang pakai kemeja kotak-kotak.
View this post on Instagram
Aku menggunakan bis malam menuju Jakarta dan mampir dulu ke rumah adikku yang belum mudik di Bekasi. Mengingat pengalaman macet di pelabuhan, aku memilih naik pesawat menuju Bandar Lampung.
Alhamdulillah, aku tiba dengan selamat di rumah.
Are you the poison? Are you the cure?I’m not so sure Lagu Muse yang lagi aku sukain… Alhamdulillah, tanggal 19 September 2025 kemarin… kesampaian juga . . .
Saat ini selain kerja kantoran, aku lagi kursus Speaking karena skor IELTS-ku untuk part ini mentok di angka 5.5. Tidak ada target akan kuliah kapan, . . .


