Sedih sering dijuluki “bad mood” yang ekstrem dan tak terbantahkan. Banyak orang berhenti bekerja sejenak karena sedih. Namun, penelitian dari Columbia Business School “berbicara” lain. Menurut penelitian profesor Modupe Akinola yang berjudul The Dark Side of Creativity, kesedihan justru membuat orang semakin kreatif.
Sebenarnya hubungan antara kesedihan dan kreativitas sudah diprediksi jauh-jauh hari lamanya. Aristoteles, misalnya, pernah mengatakan di abad ke-4 sebelum Masehi, “Semua orang yang mencapai keunggulan dalam filosofi, puisi, seni, dan politik, bahkan Socrates dan Plato, memiliki kebiasaan melankolis.”
Hubungannya sekarang terlihat jelas mengapa para musisi lebih bergairah menggarap lagu saat mereka mengalami kegalauan. Inspirasi para musisi umumnya berasal dari pengalaman pribadinya yang terkait dengan duka dan sedih, misalnya ditinggal mati kekasihnya, diduakan kekasihnya, atau “berada di antara dua pilihan”. Menurut penelitian itu, rasa sedih membuat seseorang menjadi penuh perhatian terhadap cita rasa seni. Kontrol dan kreativitasnya menjadi meningkat.
Disadur dari buku “Extreme Productivity” karya Gregorius Agung
Sumber Foto
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.” QS. Al-A’raf:58 Abu Al-Aswad Ad-Du’ali berkata . . .


