Ternyata kisah Ratu Balqis sebelum bertemu Nabi Sulaiman agak serem. Di bawah ini saya tuliskan kisahnya dari buku Untold Story: Ratu Balqis.
Dalam riwayat lain, Tsa’labi menceritakan bagaimana Balqis memerintah kerajaannya. Setelah ayahnya wafat dan tidak meninggalkan seorang anak pun selain Balqis, maka dialah yang mengendalikan pemerintahan dan meminta kaumnya untuk menobatkan dirinya sebagai raja. Sebagian mereka ada yang tetap setia dan sebagian yang lain keluar, karena mereka tidak mau dipimpin oleh perempuan dan lebih memilih laki-laki sebagai raja mereka, sehingga kaum Saba’ terpecah menjadi dua golongan.
Akan tetapi, laki-laki yang mereka angkat sebagai raja berlaku curang dalam menjalankan pemerintahannya. Akibatnya banyak rakyat yang berusaha menurunkannya, namun mereka tidak mampu. Setelah mengetahui hal itu, Balqis penasaran. Ia pun menulis surat dan menawarkan diri kepadanya (untuk dinikahi). Tentu saja, raja tidak menolak tawaran Balqis, apalagi sosok wanita yang menawarkan diri itu adalah satu-satunya wanita tercantik sejagad raya.
"Tidak ada yang mencegahku untuk meminangmu lebih dulu kecuali rasa putus asa selalu menggelayut di pikiran." jawab sang raja.
Itulah jawaban si raja “tandingan” kaum Saba’. Artinya, si raja itu tidak percaya diri untuk meminang terlebih dulu. Kemungkinan Ratu Balqis adalah sosok ratu yang sangat cantik dan memiliki pengaruh cukup besar di dalam kaum Saba’. Ratu Balqis kemudian membalas jawaban dari si raja itu dengan kata-kata diplomatis berikut:
"Saya tidak membencimu, apalagi hidupmu serba cukup dan mulia. Jika berkehendak, saya akan mengumpulkan para pembesar istana dan rakyatku, lalu kamu meminangku di tengah-tengah mereka."
Raja itu pun mengumpulkan para pembesar istana dan rakyat Balqis, kemudian meminangnya di hadapan mereka. Melihat kejadian itu, semua orang yang hadir terheran-heran karena merasa hal yang dilakukan ratunya sangat aneh.
"Kami belum pernah melihat Ratu Balqis melakukan hal itu." kata salah seorang rakyat yang hadir dalam acara tersebut.
Kemudian, si raja yang dijadikan tandingan oleh kaum Saba’ yang menolak kepemimpinan Ratu Balqis pun berkata:
"Sebenarnya dia yang mendorongku melakukan hal ini, dan saya ingin kalian mendengar sendiri perkataannya. Kalau tidak percaya, silahkan kalian menanyakannya sendiri."
Mereka pun datang menemui Ratu Balqis dan menceritakan semua yang pernah mereka dengar tentang dirinya. Bahwa, Ratu Balqis lah yang menawarkan diri terlebih dahulu kepada raja “tandingan” itu. Maka, sang ratu pun membenarkannya.
"Ya, benar. Dari dulu, saya memang ingin memiliki seorang anak, tapi sampai sekarang belum terkabul, biarkanlah waktu yang memutuskan."
Akhirnya, mereka pun sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Ketika Balqis hendak menunjukkan rasa setia, ia pun menghampiri sang suami di tengah-tengah keramaian untuk melayaninya meski dalam hati penuh rasa malu. Hingga semua orang bertepuk tangan sambil mengelilingi mereka berdua. Setelah pesta usai, Balqis langsung mendekati sang suami, ia menyuguhkan minuman khamr kepadanya, hingga suaminya mabuk. Saat itu juga, Balqis memecahkan kepalanya, kemudian pulang ke rumah, meski larut malam.
Pada pagi buta, orang-orang tahu bahwa raja mereka sudah terbunuh dan kepalanya tersandar di pintu rumah. Mereka menduga bahwa pernikahan tadi malam hanya merupakan siasat dan tipu daya Balqis. Mereka lalu mendatangi rumah Balqis.
"Kamulah yang lebih berhak memegang pemerintahan ini." kata mereka.
Mendengar perkataan rakyatnya itu, Ratu Balqis menjawab dengan diplomatis yang menunjukkan kecerdasannya.
Kalau tidak karena aib dan kebejatannya, tentu saya tidak akan membunuhnya. Ia sudah kelewat batas. Lihat saja, ia suka menyebarkan kerusakan di daerah ini. Makanya, saya membunuhnya."
Kemudian, mereka pun serentak mengangkat Balqis sebagai ratu, karena hanya dia orang yang pantas menduduki jabatan tersebut.
Awalnya, beliau adalah gadis keturunan keluarga Imran. Beliau menjadi istri Fir’aun tidak terjadi begitu saja. Fir’aun adalah raja yang lalim di Mesir. Setelah ditinggal istrinya, . . .
Baru-baru ini aku membaca buku “Biografi 15 Para Kyai” terbitan Majelis Khoir Publishing, Malang. Meski belum selesai kubaca semua namun aku ingin mencatat sebuah hal . . .


