Selain jodoh itu harus dicari meski tidak perlu ngoyo apalagi ngotot, jodoh juga tidak bisa dipaksakan.
Mungkin kamu sangat mencintai si A, kemudian kamu dengan segala cara memaksakan cintamu itu kepadanya. Padahal, si A tidak mencintaimu dan dia juga bukanlah jodohmu. Nah, dalam kondisi yang seperti itu, seberapa keras pun kamu berusaha memaksakan cintamu padanya, tetap saja dia tidak akan mau padamu. Ketidakmauannya itu membuktikan bahwa dia bukanlah jodohmu.
Memaksakan suatu hubungan tidak bagus bagi masa depanmu. Cinta atau jodoh yang dipaksakan dari awal sampai akhir tidak akan pernah bahagia. Hal ini terbukti dari banyak kasus yang terjadi. Perceraian adalah hasil terburuk dari pemaksaan ini. Memaksa seseorang menjadi jodohmu, sama seperti kamu menarik tali yang masih terikat di kayu. Kamu tahu bagaimana rasanya? Tali itu tidak akan lepas dari ikatannya. Namun yang ada, tanganmu akan sakit dibuatnya. Bahkan, tidak jarang jemarimu memerah karena menarik tali yang masih terikat itu. Begitulah perumpamaan saat kamu memaksa seseorang untuk menjadi jodohmu, padahal dia tidak mau denganmu.
Hasil dari pemaksaan adalah kekecewaan. Dalam hal apa pun, terutama masalah jodoh, memaksakan kehendak pada orang lain akan berakhir pada kekecewaan. Sebab, apa yang kita inginkan dan harapkan tidak akan pernah terjadi. Pepatah mengatakan, kenyataan tidak seindah harapan. Atau, mimpi lebih indah dari kenyataan.
Sumber:
- buku “Woles Aja, Semua Pasti Ada Jodohnya” karya Saviola Abimanyu
- Foto
Meskipun poligami menjadi sebuah “peribadatan” bagi laki-laki dalam tradisi Melayu, buat seorang istri sikapnya tentu jelas, yaitu menolak poligami. Karena pada umumnya perempuan tidak rela . . .
Banyak kisah mengenai Ibnu Sina yang menarik untuk disimak. Di antaranya mengenai seorang pemuda yang tertimpa suatu penyakit yang tidak ada satu pun obat yang . . .


