Dilihat dari bentangan sejarahnya, etnik Sunda dicatat sebagai suku yang terlalu lama dan sering dijajah. Sebagaimana diungkap sejarawan, yang pernah menjajah Sunda adalah Portugis, Inggris, Belanda, Jepang, bahkan kerajaan Mataram. Motif penjajahan terhadap etnik Sunda, diduga, erat kaitannya dengan modal asal-usul Sunda yang subur, luas, panorama alam yang sempurna serta iklim tropika yang cukup mendukung.
Pengaruh dari seringnya menjadi daerah jajahan tampak pada karakter sementara elitnya –yang dapat dikatakan– kurang memiliki etos kerja dan etos perlawanan. Hal demikian kemudian membentuk watak orang Sunda menjadi lebih bersifat sineger tengah (moderat), non-militan, non ekstrem dan non-revolusioner, juga cenderung puitik, romantik, melodius, dan kadangkala mistik.
Kutipan dari buku “Teologi K.H. Abdul Halim: Ikhtiar Melacak Akar-akar Pemikiran Teologi Persatuan Ummat Islam (PUI)” karya Wawan Hernawan
Putri dari seorang permaisuri sudah pasti mendapat strata yang lebih tinggi dibandingkan putri-putri lainnya, bahkan yang sepantaran sekalipun tetapi lahir dari istri selir. Dalam bahasa . . .
Raden adalah gelar bangsawan di kelompok masyarakat Sunda, utamanya Priangan. Sebutan lokalnya “ningrat”. Di Priangan Timur ada dua trah (teureuh) yang membangun keningratan yaitu trah . . .


